I’m Broken Heart

Aku tak tahan dengan semua sandiwara ini. Semua tentangmu, aku dan dia. Aku tak tahan! Aku sudah muak melihatmu bersamanya. Kalian selalu berdua dan kian hari kian mesra. Sedangkan aku, aku hanya bisa menerawang dari kejauhan. Aku berusaha untuk menghindar dari kalian. Tapi mengapa aku selalu mendapati kalian bersama? Apakah ini memang takdir kehidupan?

Semua berlalu dengan cepat. Dimana masa-masa itu. Saat aku masih denganmu. Kita berdua. Yah, sangat akrab dan sangat dekat. Aku bahagia berada denganmu. Kau selalu membuatku tersenyum di hari-hari terburukku sekalipun. Tapi mengapa semua semakin rumit? Mengapa semua berakhir seperti ini? Tidak! Ini bukan akhir. Tidak akan ada akhir sampai kau memutuskan semuanya.

Aku akan menunggumu. Walaupun berulang kali kau membuatku kecewa. Kau membuatku sakit hati dan kau membuatku menangis. Tolol! Mengapa aku harus meratapi perasaan ini? Hanya waktu yang akan mengubah semuanya. Sedikit demi sedikit untuk mengikis perasaan ini atau malah sebaliknya. Membuatku semakin tak bisa terlepas dan terikat kepadamu.

Cin(T)a

Cin(t)a

“..jangan anda pernah lewatkan film ini, jika anda mengaku penikmat film-film bermutu!”

DATA FILM
Judul Film: Cin(t)a
Genre: Drama – Indie
Sutradara: Sammaria Simanjuntak
Produser: Adi Panuntun, M. Budi Sasono, Sammaria
Penulis Skenario: Sally Anom Sari, Sammaria
Studio Produksi: Moonbeam Creations, Sembilan Matahari Film
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia (English Subtitle)
Durasi: 79 menit
Tahun Rilis : 29 Mei (Inggris)

PEMERAN UTAMA
Saira Jihan sebagai Annisa
Sunny Soon sebagai Cina

SINOPSIS

Apa jadinya jika ketika seorang laki-laki dan perempuan bertemu dan saling tertarik satu sama lain, namun terbatas karena masalah perbedaan ras dan agama? Cerita yang sangat klise, namun hal klise nan standar sinetron itu tidak terjadi di film ini. Hal itulah yang menimpa Annisa, mahasiswi arsitektur berumur 24 tahun dan merangkap profesi sebagai aktris namun kesepian, dengan Cina, mahasiswa baru sejurusan Annisa yang berumur 18 tahun.

Keduanya sangat bertolak belakang dalam masalah studi, Annisa yang prestasi kuliahnya pas-pasan dengan Cina yang sangat berbakat dalam menjalani studi arsitekturnya. Keduanya bertemu secara unik dan menjalin hubungan. Masalah agama dan ras yang membatasi mereka tidak mereka hiraukan, karena mereka beranggapan bahwa cinta lah yang menyatukan mereka, karena menurutnya cinta tidak melihat agama dan ras.

Justru yang menarik mereka semakin dekat adalah konsep ketuhanan agama mereka masing-masing, dimana keduanya sering beragumen masalah tersebut. Sedangkan untuk konsep ketuhanan masing-masing, keduanya memiliki pendapatnya. Annisa berpendapat bahwa God is a Director, sedangkan Cina berpendapat bahwa God is an Architect. Maka, pertanyaan konsep ke-Tuhanan dan cinta menjadi inti film ini.

REVIEW

Anda yang berpikir bahwa ini adalah film remaja khas masa kini dengan style sinetron dan penuh dunia yang ceria, dengan tema cinta serta drama yang dibuat berlebihan, anda salah besar! Film ini adalah film independent, yang dibuat sekelompok mahasiswa Indonesia, dengan skrip dan tema yang berani. Suasana surealis dan sedikit kelam yang dibangun, serta jauh dari kesan mewah dan warna warni, membuatnya menjadi sangat unik. Hasilnya? Sebuah festival film di Inggris mendapat kehormatan untuk menayangkan perdana film ini sebelum Indonesia! Wow!

Sebuah kata masterpiece pun meluncur untuk menggambarkan karya anak bangsa ini. Dengan membawa tema agama yang sangat kental, beserta konsep ke-Tuhanan dari masing-masing karakter, Annisa yang beragama Islam, dan Cina yang beragama Kristen, menjadikan film ini begitu beda dari film lokal lainnya. Flm ini ‘berani’ membawa penonton untuk bertanya dan memperdebatkan konsep ke-Tuhanan dari kacamata agama Annisa dan Cina.

Hebatnya lagi, tidak ada pihak manapun yang tersudutkan akibat dialog-dialog yang muncul, melainkan menjadi suatu pemikiran bagi penikmatnya. Dialog-dialog tersebut bukan hanya memancing pemikiran, namun juga mengundang senyum karena dibawakan dengan unik oleh kedua karakternya. Selain perdebatan tadi, kisah cintanya dibuat sedemikian rupa, jauh dari dramatisasi dan mendayu-dayu. Jalinan cinta mereka berdua dipadukan sangat baik dengan ideologi ke-Tuhanan Annisa dan Cina masing-masing.

Karakternya pun dibuat tanpa berpihak serta bermain sangat apik dan pas. Saira Jihan, walau sedikit agak kaku, mampu menghidupkan karakter Annisa yang lembut, kesepian dan terlihat rapuh, namun memiliki prinsip terhadap pendapatnya. Sunny Soon sebagai Cina pun bermain tak kalah okenya. Karater Cina yang percaya diri, optimis dan memiliki visi, sanggup dimainkan dengan baik oleh Soon.

Bagaimana dengan segi teknis. Ini dia yang hebat. Dengan semua yang serba terbatas, ternyata mampu diubah menjadi kekuatan di film ini. Setting-nya yang minim dipadu dengan pengambilan sudut pandang kamera yang tidak lazim, serta suasana serba sunyi dan surealis, sanggup menjadi kekuatan yang sangat mendukung tema yang ditampilkan film ini. Kesimpulannya, jangan anda pernah lewatkan film ini, jika anda mengaku penikmat film-film bermutu! Bravo anak bangsa! Bravo Indonesia! 🙂